[Review] Pride and Prejudice and Zombies

img_20161208_164857.jpg

Inilah Pride and Prejudice and Zombies, versi yang lebih seru dari novel klasik Jane Austen, dengan dibumbui huru-hara zombie dan kisah cinta yang sanggup menggertarkan pembacanya. Kisah dibuka dengan merebahnya wabah misterius di Meyton, sebuah desa yang semula tenteram di Inggris orang-orang mati hidup kembali! Elizabeth Bennet, seorang gadis tangkas, cerdas, dan berjiwa pahlawan  bertekad ingin membunuh semua zombie, namun perhatiannya teralihkan dengan kehadiran Tuan Darcy. Perkenalan pertama yang tidak mulus, membuat Elizabeth berprasangka Tuan Darcy adalah pria angkuh dan arogan. Yang kemudian terjadi adalah jalinan cinta antara dua manusia yang diwarnai berbagai rintangan, juga perdebatan tentang tata karma dan sopan santun. Semuanya terjadi di dalam medan perang melawan para zombie.

Dapatkan Elizabeth mengalahkan para zombie? Dan apakah prasangkanya terhadap Tuan Darcy benar-benar terbukti? Lalu, apakah nanti  akhirnya kekuatan cinta mengalahkan semua prasangka dan keangkuhan?

Pride and Prejudice and Zombies mengubah sebuah mahakarya sastra dunia menjadi sesuatu yang pasti ingin Anda baca!

Rasanya gak salah ketika aku menobatkan Mr. Darcy sebagai salah satu book boyfriendku tahun 2016. Walaupun sudah membaca Pride and Prejudice versi aslinya, aku masih excited membaca Pride and Prejudice and Zombies. Apalagi sudah berbulan-bulan berlalu sejak membaca pride and prejudice (Juni 2016), rasanya seperti bernostalgia kembali. Ceritanya persis sama, Cuma ada embel-embel zombienya saja, yang tidak terlalu berpengaruh ke isi cerita menurutku. Kecuali di bagian saat Eliabeth ke Pemberley, kediaman Mr. Darcy, dan di sana dia diserang oleh segerombolan zombie yang kemudian di tolong oleh Mr. Darcy. Itu lebih seru dari versi aslinya karena ada aksi yang lebih heroik. Walaupun judulnya agak-agak seram, tapi ceritanya gak seram sama sekali.

Karakter Elizabeth, Darcy dan yang lain-lain tetap strong. Elizabeth yang suka berburuk sangka, Darcy yang kelihatan angkuh, Jane yang kalem dan selalu berbaik sangka, dan lain-lain.

“Aku sudah cukup lama berteman denganmu untuk tahu bahwa engkau senang sekali menebak-nebak pendapat yang bukan pendapatmu”. (Darcy kepada Elizabeth. Hal 246)

Dan Darcy bukan orang yang pintar bergaul, dan gak mau sibuk-sibuk bisa sok akrab dengan orang yang baru dia kenal kalau dia memang gak tertarik. Karena itulah dia kelihatan sombong, dianggap memiliki tatakrama yang buruk. Aku merasa memiliki kesamaan dengan Mr. Darcy dalam hal ini.

“Yang jelas, aku tak memiliki bakat yang dimiliki oleh sebagian orang, “ujar Darcy, “yaitu dapat bercakap-cakap dengan mudahnya dengan orang yang belum pernah kutemui sebelumnya. Aku tak dapat mengikuti pembicaraan mereka, atau berpura-pura berminat dengan hal-hal yang menarik perhatian mereka yang seringkali kulihat.” (hal 248)

 Orang inggris di zaman ini, sangat menjunjung tinggi adat istiadat dan tatakrama. Basa-basi berlebihan, memuji berlebihan, misalkan kita pergi ke rumah seseorang, kita perlu memuji rumahnya, perabotannya, anak-anaknya, rasanya bertele-tele.

Kisah cinta dari benci menjadi cinta walaupun adalah tema yang umum, tapi di sini sama sekali gak lebay kayak di film-film ftv, karena semuanya punya alasan yang kuat, konflik dan alurnya sangat kuat. Harus nih aku nyicipin karya Jane Austen yang lain.

“Jangan berpikir lagi tentang surat itu. Perasaan orang yang menulisnya, dan orang yang menerimanya, kini begitu berbeda dari yang dulu, sehingga tiap keadaan tidak enak yang menyertainya lebih baik dilupakan. Engkau haus belajar beberapa filosofiku. Ingat saja kenangan-kenangan yang membuatmu gembira.” (hal 509)

“Berapa lama engkau mencintainya?”, pertanyaan Jane kepada Elizabeth.

“Hal tersebut terjadi perlahan-lahan, sehingga aku sendiri tak tahu kapan aku mulai mencintainya.” (hal 516

Pendapatnya yang dulu sudah hilang dan rasa cinta itu tidak tiba-tiba saja muncul, melainkan melalui  pengujian berbulan-bulan dan menghabiskan energi. (hal 521)

Sama seperti versi aslinya, buku ini panasnya juga agak lama. Bosen deh awal-awal, tapi kebelakang seru. Endingnya manis. `Gak  bisa bahas banyak, karena sudah pernah bahas panjang lebar Pride and Prejudice, langsung aja diklik.

Informasi Buku

Judul: Pride and Prejudice and Zombies

Penulis: Jane Austen and Seth Grahame-Smith

Penerjemah: Dian Guci

Desain sampul: Yudi Irawan

Penerbit: Imania

Terbit: cetakan I, Februari 2013

Tebal: 534 hal

ISBN: 978-602-97648-3-3

 

 

 

 

 

4 respons untuk ‘[Review] Pride and Prejudice and Zombies

Tinggalkan komentar